Facebook, Google, ponsel, telah menyimpan data kehidupan penggunanya.
(iStock)
VIVAnews
- Facebook, Google, dan perusahaan IT lainnya, menguasai dunia
internet. Para pengguna secara tidak sengaja mempercayakan data diri
mereka disimpan di perusahaan-perusahaan itu. Ilmuwan memperingatkan
manusia akan bahaya kehilangan identitas dan kehidupan mereka di masa
depan.
Ilmuwan yang juga ahli artificial intelligent (kecerdasan buatan), Dr. Rassmussen, dari University of South Denmark, mengatakan masyarakat harus bisa memiliki kontrol atas data diri mereka sendiri yang tersimpan di perusahaan seperti ke Google, atau Facebook. Jika tidak, katanya, setiap warga masyarakat akan kehilangan identitas diri.
Ilmuwan yang juga ahli artificial intelligent (kecerdasan buatan), Dr. Rassmussen, dari University of South Denmark, mengatakan masyarakat harus bisa memiliki kontrol atas data diri mereka sendiri yang tersimpan di perusahaan seperti ke Google, atau Facebook. Jika tidak, katanya, setiap warga masyarakat akan kehilangan identitas diri.
"Hal ini sudah terjadi setiap harinya. Negara, badan intelien, Facebook, Google, telepon genggam kita, sudah menyimpan seluruh detil data tentang kehidupan kita," ujar Rassmussen, seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat 12 Desember 2014.
Menurutnya, manusia berhak mengontrol data pribadi mereka yang tersimpan di dunia maya. Bahkan tidak hanya perusahaan teknologi, institusi pemerintahan juga harus diwaspadai.
Ia menambahkan, memberikan akses data diri kepada perusahaan besar dan pemerintahan akan sangat berbahaya, karena sistem pemerintah sering berubah. Ini memungkinkan data masyarakat yang diakses dapat salah gunakan.
Perusahaan teknologi
sampai pemerintah akan memiliki akses terhadap data kita dan dapat
digunakan untuk apa saja. Bahkan, akan sangat mungkin ke depannya,
manusia tidak bisa menggunakan dan mengakses data mereka sendiri di
kemudian hari.
"Tidak banyak yang berpikir, sistem pemerintahaan dapat saja berubah. Sejarah pernah mencatat, negara demokrasi saja dapat berubah menjadi kepemimpinan ditaktor, seperti Rezim Nazi di Jerman dulu," tuturnya.
Jika masyarakat tidak pandai dalam menyimpan data pribadinya, hal ini akan menjadi masalah besar di masa yang akan datang. Untuk menghindari dampak buruk ke depannya, perlu adanya kontrol terhadap negara dan perusahaan besar yang menyimpan dan mengolah data masyarakat.
"Cara yang mudah, agar akses data diri kita tidak mudah terlacak adalah dengan memodifikasi sistem digital yang kita gunakan. Data yang kita miliki harus disimpan oleh diri sendiri, bukan dengan perusahan besar ataupun negara," tegas Rassmussen.
Nadya Tobing/JDP/asp
"Tidak banyak yang berpikir, sistem pemerintahaan dapat saja berubah. Sejarah pernah mencatat, negara demokrasi saja dapat berubah menjadi kepemimpinan ditaktor, seperti Rezim Nazi di Jerman dulu," tuturnya.
Jika masyarakat tidak pandai dalam menyimpan data pribadinya, hal ini akan menjadi masalah besar di masa yang akan datang. Untuk menghindari dampak buruk ke depannya, perlu adanya kontrol terhadap negara dan perusahaan besar yang menyimpan dan mengolah data masyarakat.
"Cara yang mudah, agar akses data diri kita tidak mudah terlacak adalah dengan memodifikasi sistem digital yang kita gunakan. Data yang kita miliki harus disimpan oleh diri sendiri, bukan dengan perusahan besar ataupun negara," tegas Rassmussen.
Nadya Tobing/JDP/asp
© VIVA.co.id
Source : http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/568025-di-masa-depan--perusahaan-it-kendalikan-identitas-pengguna
Jum'at, 12 Desember 2014, 19:04 Siti Sarifah Alia
ConversionConversion EmoticonEmoticon